Kamis, 23 Oktober 2008

Road Diaries

ROAD DIARIES
-kie-

Pernah menonton ‘FOREST GUMP’? film yang bagus menurutku, cerita mengenai pemuda ‘bodoh’ yang mengejar cinta. Satu ungkapan yang paling ku ingat dalam fim tersebut adalah ‘Life is like a box of chocolate, you’ll never know what you get’ hidup seperti sekotak coklat, kau tak kan pernah tau rasa apa yang akan kau makan karena semua warnanya sama. Semacam penegasan mengenai ‘takdir’. Cerita ku ini bukan mengenai ‘takdir’ yang menentukan hidup. Melainkan ‘takdir’ yang membawaku dalam perjalanan menaiki angkutan umum…


Senin, 20 agustus 2007
Entah kenapa aku sedikit benci dengan hari senin, mikrolet (sebutan untuk angkutan umum di kota Malang) yang kunaiki selalu sesak setiap pagi, memaksaku berdiri sedikit lama untuk mendapatkan mikrolet yang bisa mengangkut ku, apalagi jurusan ADL (Arjosari-Dinoyo-Landungsari) yang kutunggu memang tak sebanyak mikrolet jurusan lain. Seperti biasa aku berangkat kerja pukul tujuh pagi, karena perjalanan menuju tempat kerjaku cukup lama sekitar satu jam.
Hari ini mikrolet yang kudapat lumayan penuh, aku duduk tepat di belakang sopir. Ku lihat ada berbagai macam penumpang, lima anak SMA perempuan, satu bapak-bapak yang memakai seragam PemKot, dan satu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan seorang anaknya yang kira-kira masih berumur enam tahun.
“eh kemarin dengerin radio nggak? Aku kirim salam lho buat Ardi” salah satu anak SMA memecah keheningan.
“aku kemarin denger cuma sebentar sich, ngantuk banget jadi langsung tidur, kemarin yang siaran siapa? Doni bukan?” jawab salah satu temannya.
Ups.. Doni?! Itu nama salah satu teman penyiarku. Aku lupa bilang kalau aku bekerja sebagai penyiar salah satu radio di kota Malang. Apa mungkin mereka sedang membicarakan teman ku? Ku pikir-pikir memang tidak ada penyiar bernama Doni di radio lain selain temanku itu.
“gila suaranya Doni tuh bikin gimana gitu… kira-kira seperti apa ya orangnya?” temannya yang lain menanggapi.
“aku pernah liat fotonya di Friendster. Dia lumayan manis lho..” anak SMA yang lain juga ikut bicara.
“wah… masa sich.. jadi penasaran pengen ketemu langsung!!” empat anak SMA itu menjadi heboh membicarakan mengenai Doni, sedangkan penumpang lain cuma bisa memandangi mereka, layaknya melihat talkshow gossip di TV.
Hm… tak ku sangka hari ini aku satu mikrolet dengan ABG-ABG penggemar si Doni, dia memang popular di antara penyiar lainnya. Kira-kira bagaimana ya jika mereka tahu kalau aku juga salah seorang penyiar di radio itu, dan aku menceritakan bagaimana kebiasaan buruk si-Doni yang sebenarnya jarang mandi jika mendapat tugas siaran pagi, bangun tidur langsung dech siaran hehe…


Selasa, 21 Agustus 2007
Aku masih berdiri menunggu Mikrolet, dalam hati aku membatin ‘moga-moga hari ini ada penumpang yang ganteng dalam mikrolet jadi bisa untuk cuci mata selama dalam perjalanan hehe’. Mikrolet sudah berhenti di depanku, aku segera naik. Hm.. mungkin Tuhan mendengar doa ku, di pojok ku lihat seorang pemuda duduk sendiri. Dari penampilannya mungkin dia seorang mahasiswa, membawa tas ransel sepatu kets, celana jeans, dan kemeja casual kota-kotak. Wajahnya lumayan ganteng, kulitnya bersih walaupun tidak begitu putih, rambutnya rapi. Hm.. kalau artis mungkin dia lebih mirip dengan Dj. Wingky, salah seorang pemain dari Flm Badai pasti berlalu versi baru. Sesekali aku mencuri-curi pandang. Dia terkesan cool, dan terus memandangi keluar jalan lewat jendela belakang.
Wah BroNies nich, Brondong Manis, istilah gaul untuk pemuda yang usianya masih muda tapi lumayan manis. Kira-kira dia sudah punya pacar atau belum ya?
Saat aku membatin tiba-tiba kudengar Handphone nya berbunyi. Kulihat dia langsung mengangkat telponnya.
“hei Jhon.. gimana kabarnya? Eits lambreta nggak ada kabarnya!! sombong banget sich boo nggak pernah telpon-telpon Eike.. . eike kangen nich sama Yei..”
Astaga!!!! hilang sudah perasaan kagum ku sama cowok itu… sayang sekali orang setampan dia ternyata ‘melambai’.. ingin rasanya tertawa, tapi kutahan. Tuhan…ternyata nasib baik belum berpihak padaku hehe…


Rabu, 22 Agustus 2007
Hari ini masih sama seperti kemarin, aku berdiri menunggu mikrolet untuk berangkat menuju kantor ku. Aku tak berani berharap macam-macam, setelah peristiwa yang kemarin.
Aku sudah duduk manis di dalam mikrolet, kudapati seorang ibu bersama anaknya yang kira-kira berusia 10 tahun. Dan wanita tua setengah baya, sepertinya mereka tidak saling kenal. Hari ini mikroletnya cukup sepi, perjalanan pun terasa lancar, sesekali anak kecil itu bercanda dengan ibunya. Sampai di depan lapangan Gajayana, sang anak bertanya.
“Ma itu mau di bikin apa sich?” sembari menunjuk bangunan gedung luas yang masih setengah jadi.
“oh.. itu mau dibikin mall “ jawab sang ibu.
“Putranya ya bu? Pinter ya..” sapa sang ibu setengah baya.mencoba memulai pembicaraan.
“iya, ini lagi flu mau saya bawa ke dokter anak di jalan Ijen”
“Ma..mall nya gede ya, namanya apa ya Ma?” Tanya sang anak lagi.
“oh.. itu namanya Gajayana Town Square”
‘Ha?! Setahu ku ‘calon mall’ itu bernama MOG singkatan dari Malang Olympic Garden.’ Aku membatin, Wah.. wah.. mungkin si-ibu bener-bener nggak tahu atau malah ngarang ya?!.
“iya mall ini kalau sudah Jadi pasti rame” sang ibu paruh baya menanggapi.
“bener bu, pasti MATOS kalah rame” mereka jadi terlibat pembicaraan.
“ya.. ini kan yang membangun walikota Malang, Sujud Pribadi” tambah ibu paruh baya.
Wha.. wah.. bukannya Wali kota Malang bernama Peni Suparto?! Sujud Pribadi itu Bupati Malang. Aku terus membatin.
“tapi semenjak Walikota Sujud Pribadi yang menjabat, Malang jadi tambah banyak fasilitas umum ya Bu, di alun-alun sekarang sudah ada Hot Shot jadi masyarakat gratis main internet disana” mereka semakin asyik membicarakan perkembangan Malang.
Aaarrgghhh.. tidakkkkk…Hot Spot bukan Hot Shot!!!! Seaindainya aku bisa mengkoreksi pembicaraan mereka yang terlihat asyik dan nyambung, padahal banyak informasi yang salah kaprah!! Tapi aku memilih diam, bisa-bisa aku di anggap orang yang suka ikut campur jika aku langsung menyela mereka.
Ku nikmati saja perjalananku dengan mikrolet menuju tempat kerja, sambil sesekali menahan tawa mendengarkan ibu-ibu terus membicarakan sesuatu yang mereka anggap benar..


Kamis, 24 Agustus 2007
Berulang kali kulihat angka-angka dalam jam tangan.
“aduh… aku bisa terlambat nich” batinku sembari mengamati angka di dalam jam tangan yang menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh.
Sudah sekitar sepuluh menit aku berdiri menunggu mikrolet, tapi entah mengapa tak ada satupun ADL yang lewat. Tanpa pikir panjang aku segera memberhentikan mikrolet dengan jurusan lain yang sebenarnya searah dengan tempat kerjaku tapi membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama karena jalurnya harus memutar terlebih dahulu. “yang penting dapet angkot” gumanku.
Kupilih duduk di sebelah pak sopir, sambil menghindari desak-desakan kalau penumpang di belakang penuh. Ya.. walaupun kulirik dari kaca spion kursi di belakang masih kosong mlompong tak ada penumpang.
“waduh… ya’opo mbak AREMA kalah maneh! Iki mesti gara-gara wasite mbelingan!!!!” pak Sopir mencoba memulai pembicaraan dengan logat medok nya.
“oh pertandingan yang kemarin ya Pak?!” aku mencoba menanggapi karena kebetulan kemarin aku juga sempat menonton di TV pertandingan sepak bola antara AREMA dan Persiwa yang berakhir bentrok.
“lha iya, gimana nggak emosi kalau wasitnya curang! Masa’ tiga gol AREMA di anulir?! Pantes aja kalau AREMANIA ngamuk!” Pak sopir menggebu-gebu, ku tanggapi dengan senyum.
“lha wong aku aja yang nonton di rumah ikut emosi, apalagi AREMANIA yang langsung nonton di stadion?!” sepanjang perjalanan dia nerapi-api menceritakan kekecewaannya, sesekali juga ku tanggapi singkat. Dalam hati aku berharap agar dia bisa sedikit mempercepat laju angkotnya supaya aku tak terlambat masuk.
“Hoi.. ya’ opo rek AREMA kalah?!” pak sopir menghentikan angkotnya ketika bertemu dengan teman-teman nya yang sedang nongkrong di pinggir jalan. Akhirnya mereka terlibat pembicaraan yang seru tentang AREMA. ‘aduh… gawat bisa telat nich!’ kataku dalam hati.
Sekitar lima menit pak sopir melanjutkan perjalanannya, ya.. jarak ke kantorku masih harus memakan waktu sekitar setengah jam lagi, dan waktunya benar-benar mepet.
Sepuluh menit berjalan, tepat di depan pasar Dinoyo pak sopir berujar “mjbak sebentar ya, kita berhenti cari penumpang dulu”
ARRRGGGHHHHH TIDAAAAKKKK aku keburu telat, aku berniat turun untuk mengganti angkot lagi “ehm.. pak.. saya…”
“lha iya ya mbak gimana persepak bolaan Indonesia bisa maju, lha yang mimpim PSSI aja Nurdin Halid, narapidan.. wes.. wes.. edan tenan, eman-eman AREMA jadi kambing hitam…………..” pak sopir masih meneruskan pembicaraannya yang membuat ku tak bisa turun untuk ganti angkot…..
OUGHHHH.. benar-benar hari yang menyebalkan, akhirnya aku terlambat masuk kantor dan mendapat teguran dari bos ku.
XXX
Ya.. itulah sebagian cerita dari perjalananku setiap pagi menuju tempat kerja, seperti yang kubilang ‘takdir’ yang membawaku untuk naik ke dalam mikrolet dengan berbagai karakter manusia di dalamnya. Entah siapa yang akan kutemui dalam mikrolet besok. Mungkin saja aku akan bertemu teman lama ku, mantan pacarku, atau bahkan seorang calon artis ataupun calon presiden. Nikmati setiap perjalanan, karena setiap detik semuanya bisa berubah.. karena hidup memang seperti coklat…

XXX


(29 Dec 07)

Tidak ada komentar: